Author Archive: rspermat

Gathering

Pada tanggal 11 & 13 Desember 2018, RS Permata Pamulang mengadakan gathering untuk seluruh karyawan medis dan non medis beserta para dokter yang berpraktek di RS Permata Pamulang. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun solidaritas dan kebersamaan antar karyawan dari masing-masing unit sehingga tujuan rumah sakit sebagai instansi pelayanan publik dapat tercapai. Dalam kesempatan ini tema yang diangkat adalah “Together In Harmony” yang artinya bersama-sama membangun keharmonisan kerja dari masing-masing unit kerja dan profesi yang ada di RS Permata Pamulang.

 

RADANG AMANDEL (TONSILITIS)

Oleh dr. Adila Hisyam, Sp.THT

Radang amandel adalah peradangan yang terjadi pada amandel atau tonsil. Kondisi yang dinamakan juga dengan tonsilitis ini sebagian besar dialami oleh anak-anak.

Amandel atau tonsil merupakan dua kelenjar kecil yang terdapat di dalam tenggorokan. Organ ini berfungsi sebagai pencegah infeksi, terutama pada anak-anak. Seiring  dengan perkembangan umur, sistem kekebalan tubuh mereka makin kuat dan perlahan-lahan tugas tonsil sebagai penangkal infeksi mulai tergantikan. Ketika peran tonsil sudah tidak dibutuhkan lagi, kedua kelenjar ini kemudian berangsur-angsur menyusut.

Penyebab radang amandel atau tonsilitis pada umumnya adalah virus dan selebihnya disebabkan oleh bakteri.

Gejala Tonsilitis :

  • sakit kepala
  • demam
  • nyeri tenggorokan saat menelan
  • sakit telinga
  • batuk.

Gejala biasanya akan pulih dalam tiga hingga empat hari.

Meski sebagian besar kasus tonsilitis tidak tergolong serius, namun tetap disarankan untuk menemui dokter jika Anda atau anak Anda mengalami gejala yang berlangsung lebih dari empat hari dan tidak menunjukkan tanda-tanda pemulihan atau gejala menjadi makin parah yang membuat Anda sama sekali tidak bisa makan atau bahkan kesulitan bernapas.

 

Diagnosis Radang Amandel

Dalam mendiagnosis tonsilitis, dokter akan memulai dengan pemeriksaan tenggorokan, sekaligus mengajukan pertanyaan perihal gejala-gejala yang Anda rasakan.

Jika tonsilitis disebabkan oleh infeksi bakteri, biasanya gejala dapat berupa pembengkakan kelenjar getah bening di bagian tenggorokan, munculnya bintik-bintik nanah di sekitar amandel, dan/atau demam. Sedangkan jika radang amandel disebabkan oleh infeksi virus, gejala-gejala yang muncul dinilai lebih ringan dari infeksi bakteri, dan sering disertai gejala batuk dan pilek.

Kenalilah gejala tonsilitis pada anak-anak, meski mereka tidak dapat menggambarkan rasa sakit yang mereka derita. Anda dapat mencurigai anak terkena tonsilitis jika dia:

  • Rewel
  • Menolak makan
  • Terus-menerus mengeluarkan air liur akibat kesulitan
  • sakit saat menelan

Tes lebih lanjut  di laboratorium, seperti tes darah, biasanya diperlukan dokter untuk memastikan apakah pasien juga menderita kondisi lain, contohnya demam kelenjar.

Pengobatan dan pencegahan radang amandel

Sebagian besar kasus tonsilitis akan sembuh dalam waktu satu minggu. Tidak ada obat khusus untuk menangani tonsilitis. Obat biasanya diberikan untuk meringankan gejala, misalnya ibuprofen atau parasetamol sebagai pereda rasa sakit. Jika tonsilitis disebabkan oleh bakteri, maka antibiotik bisa digunakan. Selain dengan obat, pemulihan bisa ditunjang dengan istirahat yang cukup dan minum banyak cairan.

Pada kasus tonsilitis yang tergolong parah dan kerap kambuh, biasanya dokter terpaksa akan melakukan operasi pengangkatan amandel untuk mengatasi hal tersebut.

Tonsilitis dapat dicegah penyebarannya dengan selalu mencuci tangan sebelum makan dan setelah dari toilet, menggunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung saat batuk atau pilek, dan memakai masker saat berada di tempat umum.

Operasi Pengangkatan Amandel (Tonsilektomi)

Prosedur ini akan direkomendasikan dokter jika pasien mengalami tiga kondisi berikut.

  1. Pertama, jika gejala tonsilitis pasien sudah makin parah sehingga mereka benar-benar kesulitan untuk makan, tidur, atau bernapas.
  2. Kedua, jika pasien menderita tonsilitis bakteri yang sudah tidak bisa ditangani lagi oleh antibiotik.
  3. Ketiga, jika pasien menderita tonsilitis kronis yang kerap kambuh.

Tonsilitis yang bersifat jangka panjang atau kronis terlihat dari pasien yang mengalami:

  • Lebih dari tujuh kali dalam satu tahun.
  • Lebih dari lima kali setahun dalam dua tahun terakhir.
  • Lebih dari tiga kali setahun dalam tiga tahun terakhir.

Setelah melakukan tonsilektomi, biasanya Anda akan merasakan sakit di area yang dioperasi dan dapat berlangsung 1-2 minggu. Pada minggu pertama, sakit akan terasa memburuk. Bahkan dalam beberapa kasus, ada yang mengalami nyeri telinga pasca-tonsilektomi. Hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan karena Anda dapat mengonsumsi obat pereda rasa sakit.

Berikut ini adalah saran-saran yang dapat Anda lakukan jika Anda atau anak Anda telah menjalani prosedur tonsilektomi.

  • Minumlah banyak cairan, namun hindari minuman yang mengandung asam, seperti jus jeruk, agar rasa sakit yang dirasakan tidak bertambah.
  • Meski sulit menelan setelah menjalani operasi, namun usahakan untuk tetap mengonsumsi makanan padat, karena akan membantu penyembuhan lebih cepat.
  • Pastikan untuk tetap menjaga kebersihan mulut dengan menyikat gigi atau menggunakan mouthwash untuk mencegah timbulnya infeksi.
  • Pastikan anak Anda tidak melakukan aktivitas di luar rumah selama dua minggu, misalnya, bermain atau bersekolah, untuk mencegah dia tertular infeksi dari teman-temannya.

Pendarahan kecil pada bagian amandel yang diangkat merupakan hal yang biasa terjadi pasca tonsilektomi. Biasanya berlangsung selama 1-10 hari setelah operasi dan akan sembuh dengan sendirinya. Segera minta pendapat atau bantuan medis jika perdarahan menyebabkan pasien batuk yang mengandung darah.

sebenarnya radang amandel atau tonsilitis jarang menimbulkan komplikasi. Komplikasi biasanya timbul jika kondisi ini tidak ditangani, beberapa di antaranya:

  • Apnea tidur obstruktif. Kondisi yang terjadi ketika dinding tenggorokan menjadi relaks saat tidur yang menyebabkan susah saat bernapas. Selain itu, kondisi ini juga menyebabkan buruknya kualitas tidur penderita.
  • Quinsy atau abses peritonsil, yaitu munculnya gumpalan-gumpalan nanah pada amandel dan dinding tenggorokan. Mereka yang mengalami komplikasi ini akan merasakan sakit di tenggorokan, mengeluarkan bau napas tidak sedap, sakit kepaladan sakit telinga, sulit berbicara, demam tinggi, dan pembengkakan di dalam mulut dan tenggorokan.
  • Glomerulonephritis, yaitu pembengkakan di saringan ginjal. Penderita komplikasi ini akan mengalami penurunan nafsu makan dan muntah-muntah.
  • Demam rematik, yaitu kondisi yang menyebabkan radang di sekujur tubuh dengan gejala berupa ruam kulit dan nyeri sendi.
  • Demam scarlet atau skarlatina, yaitu kondisi yang menyebabkan kulit penderita dipenuhi ruam atau bercak berwarna kemerahan.
  • Infeksi telinga bagian tengah akibat bakteri.

Pencegahan Radang Amandel (Tonsilitis)

Tonsilitis yang disebabkan oleh virus maupun bakteri bisa dicegah dengan menjaga kebersihan diri, misalnya dengan mengajar anak mengenai kebiasaan cuci tangan yang baik dan benar. Langkah pencegahan lainnya, antara lain:

  • Gunakan saputangan atau tisu untuk menutup hidung dan mulut ketika batuk atau bersin. Segera buang tisu yang telah digunakan ke tempat sampah.
  • Hindari menggunakan alat makan maupun minum secara bergantian, khususnya meminjami seseorang yang sedang sakit.
  • Disarankan untuk mengganti sikat gigi setelah pasien didiagnosis tonsilitis.

Seminar dan Senam dengan tema “Deteksi Dini dan Penanganan Penyakit Lambung & Usus Besar”

Dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 72 tahun, RS Permata Pamulang mengadakan Seminar dan Senam dengan tema “Deteksi Dini dan Penanganan Penyakit Lambung & Usus Besar” dengan narasumber dr. Khaira Utia, Sp.PD yang dilaksanakan pada tanggal 2 September 2017.

Salah satu hal yang beliau sampaikan adalah agar kita selalu menjaga kesehatan terutama kesehatan lambung dan usus. Kemudian kita juga harus mengenali tanda bahaya penyakit lambung, antara lain gangguan menelan, penurunan berat badan, perdarahan. Acara ini disambut dengan sangat antusias oleh para peserta yang hadir kurang lebih 150 orang dan juga ditandai dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh para peserta kepada narasumber mengenai tema yang dibawakan.  Dalam kesempatan yang sama , Rumah Sakit Permata Pamulang juga melakukan kegiatan donor darah bekerja sama dengan PMI Tangerang Selatan sebagai bagian dari acara setiap tiga bulanan yang diikuti oleh masyarakat sekitar. Acara seminar ini juga berbarengan dengan moment Idul Adha, dimana RS Permata Pamulang mengadakan pemotongan hewan kurban untuk kemudian disalurkan kepada warga sekitar.

Penandatanganan Kerjasama dengan Dinas Kependudukan & Catatan Sipil

Pada tanggal 8 Juni 2017 secara simbolis dilakukan penandatanganan kerjasama antara 3 rumah sakit , salah satu diantaranya adalah RS Permata Pamulang (dr. Taufik Zain, SpOG) sebagai perwakilan dari rumah sakit swasta dengan Dinas Kependudukan & Catatan Sipil dalam hal ini diwakili oleh Walikota Tangerang Selatan Ibu Airin Rachmy Diany, SH, MH tentang diberlakukannya pembuatan akte kelahiran secara on line. Dalam acara tersebut juga dihadiri oleh Dirjen Kependudukan & Catatan Sipil Depdagri RI Prof. Dr. Zudan Arif Fakrullah, SH,MH . Dengan sistem ini diharapakan agar masyarakat mendapat pelayanan terbaik …. amiin

Pentingnya imunisasi untuk bayi dan balita

 

 
Dr.dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi
Ketua Divisi Tumbuh Kembang–Pediatri Sosial, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.
Wakil Ketua Tim Koordinasi Advokasi Imunisasi Kementerian Kesehatan RI
Sekretaris Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia
Anggota Indonesia Technical Advisory Group  for Immunization  (ITAGI)
RS Permata Pamulang.

Isu yang salah tentang imunisiasi

Masyarakat dan orangtua harus memahami info yang benar seputar imunisasi, agar tidak gelisah karena isu yang salah  yang disebarkan oleh  bukan praktisi imunisasi. Tidak benar bahwa vaksin berbahaya, dibuat dari janin bayi,  mengandung racun, lemak babi, mengakibatkan autisme atau  menimbulkan kematian. Semua isu-isu itu tidak benar, karena bukan bersumber dari ahli atau praktisi imunisasi, hanya bersumber dari isu tahun 1930-1960an. Teknologi pembuatan dan isi vaksin pada tahun-tahun tersebut sangat berbeda dengan vaksin-vaksin  yang dipakai sekarang.

Isu tentang MMR menyebabkan autisme dilontarkan oleh dokter ahli bedah Inggeris Wakefield (bukan dokter spesialis anak) hanya dengan responden 18 anak. Ternyata ada pemalsuan data dan dinyatakan tidak sahih oleh British Medical Association dalam  British Medical Journal Februari 2011. Publikasi  26 penelitian lain menyatakan tidak ada hubungan vaksin dan autisme.

 

Imunisasi aman dan bermanfaat

Sampai saat ini  194  negara justru menyatakan bahwa imunisasi terbukti aman dan bermanfaat untuk mencegah sakit berat, wabah, cacat dan kematian akibat penyakit berbahaya. Demikian kesimpulan  penelitian lembaga-lembaga  resmi internasional maupun nasional yang beranggotakan  pakar-pakar imunologi, mikrobiologi, epidemiologi, kesehatan masyarakat, biostatistik, farmakologi, penyakit infeksi dan spesialis anak.

Oleh karena itu  negara-negara dengan sosial ekonomi tinggi maupun rendah, mayoritas penduduk muslim maupun non muslim, tetap gencar  melakukan imunisasi rutin agar  lebih dari 85 % bayi dan balita  terlindung dari penyakit-penyakit berbahaya  yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Kalau  banyak bayi balita tidak di imunisasi akan terjadi wabah, sakit berat, kematian atau cacat. Contohnya wabah wabah polio tahun 2005-2006 dari Sukabumi menjalar ke Banten, Lampung, Jawa Timur, Jawa Tengah dalam waktu beberapa bulan menyebabkan 351 balita lumpuh seumur hidup. Wabah campak 2008-2010 diberbagai daerah menyebabkan 5818 anak dirawat di rumah sakit, 16 meninggal. Wabah difteri di Jawa Timur tahun 2005 – 2012 menjalar ke Kalimantan menyebabkan 1789 anak dirawat di rumah sakit, lebih dari 94 meninggal dunia.

Untuk mencegah penyakit berbahaya,  selain dengan imunisasi perlu pula perlindungan yang bersifat umum dari   ASI, makanan pendamping ASI yang lengkap dan seimbang,  mencuci tangan dengan sabun sebelum memegang bayi dan sebelum makan,  gunakan air bersih untuk memasak, minum, mandi, serta menjaga kebersihan badan, pakaian, mainan, rumah dan lingkungan. Namun hal-hal ini tidak menimbulkan kekebalan spesifik terhadap penyakit-penyakit berbahaya.

Dengan imunisasi yang lengkap dan teratur akan timbul kekebalan spesifik yang mampu mencegah penularan, wabah, sakit berat, cacat atau kematian akibat penyakit-penyakit  tersebut. Setelah diimunisasi lengkap masih bisa tertular penyakit-penyakit tersebut, tetapi jauh lebih ringan dan tidak berbahaya, dan jarang menularkan pada bayi-balita lain sehingga tidak terjadi wabah.

Gejala setelah imunisasi adalah reaksi normal

Setelah imunisasi kadang-kadang terjadi demam, kemerahan dan bengkak sedikit di sekitar tempat suntikan, adalah reaksi yang wajar, tidak berbahaya dan akan hilang dalam beberapa hari. Segera berikan obat penurun panas tiap 4 jam sesuai dosis yang dianjurkan oleh dokter / perawat / bidan, pakai baju yang tipis, minum sering, bila panas tinggi boleh dikompres dengan air es. Bila panas tetap berlanjut lebih dari 2 hari, sebaiknya dibawa kembali ke tempat imunisasi, untuk pemeriksaan lebih lanjut.

 

Setelah imunisasi lengkap masih bisa tertular penyakit  tetapi jauh lebih ringan dan tidak berbahaya

Setelah imunisasi bayi balita tidak spontan kebal terhadap penyakit berbahaya, tapi perlu waktu sekitar  2 – 4  minggu untuk timbul kekebalan spesifik melawan penyakit-penyakit tersebut. Artinya, dalam 2-4 minggu setelah imunisasi pertama masih mungkin bayi dan anak terserang penyakit tersebut, namun umumnya jauh lebih ringan dibandingkan dengan bayi dan anak yang tidak diimunisasi.

 

Bayi sedang batuk pilek mencret sedikit tanpa demam tidak rewel boleh diimunisasi

Bayi balita yang ceria walau sedang batuk pilek ringan tanpa demam (karena iritasi atau alergi), atau diare ringan, boleh diimunisasi, aman dan effektif.  Kalau imunisasi tertunda melewati jadwal yang ditentukan, tidak hangus, dan tidak perlu diulang. Lanjutkan  imunisasi sesuai urutan. Setelah imunisasi lengkap ketika  bayi perlu dilanjutkan pada usia balita, sekolah dan remaja, bahkan sampai dewasa dan usia lanjut.

 

Manfaat dan jadwal imunisasi

Semua imunisasi adalah penting, demikian kesimpulan  para pakar di lembaga penelitian di banyak negara yang membuktikan bahwa imunisasi bermanfaat mencegah penyakit yang berbahaya bagi bayi dan anak. Namun pemerintah Indonesia baru mampu menyediakan subsidi untuk sebagian vaksin-vaksin tersebut, yaitu : Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, Campak.  

Vaksinvaksin tersebut bukan buatan luar negeri melainkan buatan Pt Biofarma Bandung dan diekspor ke 120 negara,  36 diantaranya  negara muslim, semua  menyatakan aman dan bermanfaat.

Imunisasi yang belum disediakan oleh pemerintah kita antara lain : Hib, Pneumokokus, Rotavirus, Influenza, MMR, Demam Tifoid, Cacar air, Hepatitis A,  Kanker Leher Rahim (HPV) dan Meningitis untuk jemaah haji. Oleh karena itu orangtua perlu mengetahui manfaat dan jadwal imunisasi semua vaksin yang ada.

Imunisasi Hepatitis B : untuk mencegah kerusakan hati akibat  serangan virus Hepatitis B. Bila berlanjut sampai dewasa dapat menjadi kanker hati. Vaksin hepatitis B disuntikkan di paha bayi segera setelah lahir, sebelum berumur 12 jam, untuk mencegah penularan virus hepatitis B dari Ibu pada bayinya, karena banyak ibu hamil  di Indonesia tidak tahu bahwa didalam darahnya terdapat virus hepatitis B. Oleh karena itu sebaiknya ibu hamil diperiksa terhadap kemungkinan terinfeksi hepatitis B (juga toksoplasma, rubela,  sitomegali dan herpes). Sebelum imunisasi bayi baru lahir sebaiknya disuntikkan vitamin K1 pada paha yang lain. Setelah itu vaksin hepatitis B disuntikan  pada usia 1 bulan dan pada usia 6 bulan, dapat digabung dengan imunisasi DPT dan Hib.

Imunisasi Polio: untuk mencegah kelumpuhan akibat serangan virus polio liar yang menyerang sel-sel syaraf di sumsum tulang belakang. Bila menyerang otak dapat lumpuh seluruh tubuh dan kematian. Vaksin polio diteteskan ke dalam mulut bayi baru lahir ketika akan pulang ke rumah, dilanjutkan pada umur 2, 4, 6, 18-24  bulan dan 5 tahun. Vaksin polio suntikan khusus untuk bayi balita yang kekebalannya rendah karena penyakit atau karena sedang dalam pengobatan yang mengganggu kekebalan.

Imunisasi BCG : untuk mencegah tuberkulosis (Tbc) berat pada  paru, otak,  kelenjar getah bening dan tulang sehingga menimbulkan sakit berat, lama, kematian atau kecacatan. Vaksin BCG disuntikan dikulit lengan atas kanan pada umur 2-3 bulan. Bekas suntikan setelah 1 bulan dapat timbul benjolan kemerahan, kemudian pecah, keluar seperti nanah, tanpa demam dan nyeri, adalah reaksi yang umum terjadi dan tidak berbahaya. Bersihkan dengan alkohol atau iodin. Koreng akan menyembuh dalam beberapa minggu. Bekasnya dapat terlihat seumur hidup.

Imunisasi DPT atau DPaT : untuk mencegah 3 penyakit : Difteri, Pertusis dan Tetanus. Kuman Difteri membentuk membran tebal yang menyumbat jalan nafas, serta mengeluarkan racun yang melumpuhkan otot jantung, sehingga banyak menimbulkan kematian. Kuman Pertusis mengakibatan batuk hebat dan lama, sesak napas, radang paru   sehingga banyak menyebabkan kematian bayi. Kuman Tetanus masuk melalui tali pusat, atau luka dalam yang sempit, kemudian kuman mengeluarkan racun yang menyerang syaraf otot, sehingga otot seluruh tubuh menjadi kaku, tidak bisa minum, makan atau bernafas,  sehingga banyak menimbulkan kematian.

Vaksin DPT disuntikkan di paha mulai umur 2 bulan, dilanjutkan pada umur 3-4 bulan, 4-6 bulan,  dan 18-24 bulan, dapat digabung dengan vaksin Hepatitis B dan Hib. Dilanjutkan lagi di lengan pada umur  5-6 tahun, 10-12 tahun dan 18 tahun, dengan vaksin yang isinya sedikit berbeda (DT, Td atau TT)

Imunisasi Hib dan Pneumokokus : untuk mencegah serangan kuman Hib dan pneumokokus yang mengakibatkan radang paru  (pneumonia), radang telinga tengah  dan radang otak (meningitis) yang banyak menimbulkan kematian atau kecacatan. Vaksin Hib dan Pneumokokus disuntikan mulai  umur 2, 4, 6, dan 15 bulan, dapat digabung dengan vaksin DPT atau DPaT.

Imunisasi Rotavirus : untuk mencegah diare berat akibat Rotavirus, yang mengakibatkan bayi muntah mencret hebat, kekurangan cairan, gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa,  sehingga banyak  menyebabkan kematian. Vaksin Rotavirus di teteskan perlahan ke mulut bayi mulai  umur 2, 4  (dan 6 bulan), tergantung jenis vaksin.

Imunisasi Influenza : untuk mencegah  serangan virus influenza yang mengakibatkan batuk pilek hebat, demam tinggi, sesak nafas, radang paru,  sehingga dapat menyebabkan kematian. Vaksin influenza disuntikan mulai  umur 6, 7 bulan, kemudian diulang setiap tahun pada balita, usia sekolah,  remaja, dewasa  bahkan  usia lanjut.

Imunisasi Campak : untuk mencegah serangan virus campak yang mengakibatkan  demam tinggi, ruam di kulit, mata, mulut, radang paru (pneumonia), diare, dan radang otak, sehingga banyak mengakibatkan kematian. Vaksin campak disuntikkan mulai usia 9 bulan dan 6 tahun.

Imunisasi Cacar air (varisela) : untuk mencegah penyakit cacar air yang merusak kulit, mata, menimbulkan diare, kadang-kadang radang paru, dan keguguran bila menyerang janin dalam rahim. Vaksin cacar air disuntikkan mulai umur 1 tahun.

Imunisasi MMR : untuk  mencegah serangan virus MMR, yaitu  Mumps (gondongan, mengakibatkan radang buah zakar, mandul), Morbili (campak) dan Rubela (campak Jerman) yang dapat menyerang janin sehingga mengakibatkan keguguran atau buta, tuli, keterbelakangan mental dan kebocoran sekat jantung bayi. Vaksin MMR disuntikan mulai  umur 15 bulan dan di ulang pada umur 5-6 tahun. Berdasarkan 26 penelitian pakar di berbagai negara vaksin MMR tidak terbukti menyebabkan autisme.

Imunisasi Tifoid : untuk mencegah penyakit demam tifoid berat yang mengakibatkan demam tinggi dan lama, diare atau obstipasi, radang sampai kebocoran usus, dapat mengakibatkan kematian.  Vaksin demam tifoid disuntikan mulai umur 2 tahun, diulang setiap 3 tahun.

Imunisasi Hepatitis A : untuk mencegah kerusakan hati karena serangan virus hepatitis A, yang dapat  mengakibatkan kematian. Vaksin hepatitis A disuntikkan mulai umur 2 tahun kemudian di ulang pada umr 2,5 – 3 tahun.

Imunisasi HPV  : untuk mencegah kanker leher rahim karena virus human papiloma (HPV) yang menyerang tanpa gejala sejak usia remaja dan akan mengakibatkan kanker leher rahim pada dewasa. Vaksinasi HPV disuntikan 3x pada remaja perempuan  mulai umur 10 tahun, dilanjutkan 1-2 bulan dan 6 bulan kemudian.

“ …. Bila banyak bayi dan anak tidak diimunisasi,  akan mudah tertular penyakit-penyakit berbahaya tersebut,   akan meluas menjadi wabah, sakit berat, cacat atau kematian. Oleh karena itu mari lindungi bayi dan balita kita dengan imunisasi yang lengkap dan teratur ….  .

 

Daftar Online